Barometer Warta Indonesia

Home » , » Menumbuhkan Kembali Cinta Budaya Nusantara Melalui Kolaborasi

Menumbuhkan Kembali Cinta Budaya Nusantara Melalui Kolaborasi

Written By Hidup dengan NILAI lebih on Minggu, 14 Desember 2014 | 16.54

Kolaborasi Korea-Indonesia

Jiwa cinta budaya pada generasi muda kita juga  mulai terkikis seiring merebaknya kebudayaan asing yang masuk kedalam negeri kita dengan teknologi sebagai medium. Sebagai contoh demam “K-Pop” dan virus “weternisasi”. K-Pop sendiri mulai menjamur di Indonesia sejak sekitra tahun 2009 hampir di segala bidang kebudayaan dan kesenian.
Hampir setiap hari generasi muda kita , secara rutin mengkonsumsi segala hal yang berhubungan dengan genre seni budaya asal Korea Selatan tersebut, mulai dari musik atau lagu, cara berpakaian, bahkan gaya bahasa. Hal tersebut merebak tidak lama setelah penetapan 2 Oktober 2009 sebagai hari batik nasional dan warisan budaya dunia oleh UNESCO.
Generasi muda Indonesia sepatutnya bangga pada warisan budaya nusantara. Tidak hanya dalam bidang fashion, keris dan wayang juga telah menjadi salah satu warisan budaya dunia yang telah diakui. “Saat ini sudah ada tiga warisan budaya khas Indonesia yang diakui UNESCO sebagai warisan budaya dunia yakni batik, keris, dan wayang”, seperti tertulis dalam laman setkab.go.id yang merupakan situs resmi Sekretariat Kabinet, Selasa (2/10/2012).[1]


Ironisnya ketika budaya nusantara mulai diakui dunia, generasi muda yang menjadi ujung tombak bagi kelestariannya justru lebih memilih budaya luar. Anggapan bahwa budaya terkesan kuno, seperti orang tua, tidak uptodate, dan sebagainya menjadi alasan anak muda enggan memakainya. “Secara umum, anak zaman sekarang sukanya yang praktis. Misalnya kalau tari tradisional itu ribet dari segi pakaiannya, musiknya, dan gerakannya. Makanya perlu ada terobosan baru, misalnya tari tradisonal menggunakan yang sedikit modern”, ungkap Diana salah satu mahasiswi UNY asal Kebumen saat dihubungi lewat media social pada Minggu (26/10).
Menciptakan terobosan baru melalui kolaborasi budaya menjadi salah satu jalan untuk menumbuhkan jiwa cinta budaya pada generasi muda. Kolaborasi yang memiliki arti kerjasama, dipadukan dengan arti budaya yang merupakan adat istiadat serta kesenian seperti yang tertuang dalam KBBI akan mampu memberikan makna budaya baru yang kekinian.
“Kami memang ingin membuat terobosan untuk menarik perhatian masyarakat melalui kolaborasi kidung, tari dan lukis dari 25 negara,” kata Direktur Program Doktor Ilmu Agama Pascasarjana IHDN Denpasar Dr. Ketut Sumadi, M.Par di Denpasar, Sabtu (25/1).[1]
Fenomena tersebut mendorong Lauren, aktivis mahasiswa asal UTS (University Technology of Sydney) yang bekerjasama dengan mahasiswa Universitas Multimedia Nusantara sangat antusias untuk memperkenalkan batik pada generasi muda. Louren bersama teman-teman satu timnya membuat project yang dinamakan AMBATIK, yakni kaos yang menggunakan motifa batik modern. “Sebelumnya kami melakukan research terlebih dahulu terhadap mahasiswa kenapa mereka tidak mau pakai batik, alasannya kuno, harganya mahal, maka kami membuat sesuatu yang menarik mereka untuk mau memakai batik,” ungkap Lauren.[2]
Senada dengan Lauren dan timnya, para seniman seman wayang menjadikan melalui pertunjukan Kolaborasi Seni Pertunjukan Wayang Tradisional ASEAN-Tiongkok di TBJT Solo (17/9/204) sebagai langkah untuk menghidupkan wayang pada jiwa generasi muda khususnya. Ki Manteb Sudarsono, salah satu dalang wayang kulit kondang memaparkan bahwa adanya kemungkinan munculnya wayang kontemporer dimana ceritanya bisa dikembangkan berjiwa muda.
”Tidak perlu berputar-putar dan berdebat mengenai keharusan mempertahankan tradisi dan identitas yang dulu. Atau haruskah kita mencari identitas baru. Pengembangan itu strategi untuk membuat generasi muda mau mempelajari wayang dan bergerak maju,” ungkap Ki Mantep yang dilangsir dalam kompas.com.[3]
Seniman musik asal kota Solo yang tergabung dalam Solo Beatbox Community (SBC) juga menunjukan antusiasnya dalam menumbuhkan rasa cinta budaya pada generasi muda. Menciptakan musik kreatif yang mengandalkan bunyi yang dihasilkan alat ucap ketika performance, namun mereka juga berkolaborasi dengan beberapa aliran seni musik, seperti keroncong, melayu, seriosa, dan beberapa jenis musik lainnya mampu mendapatkan perhatian dari generasi muda.
Pemerintah di berbagai daerah juga mengadakan event bahkan kebijakan di pemerintahan yang bertujuan untuk melestarikan budaya. Pemerintah Kabupaten Tegal misalnya, akan menggelar Festival  Dalang Dulongmas dengan tema “Dalang Muda Menantang Jaman” pada 10 – 14 November mendatang.[4] Event seperti itu tentulah sangat bagus untuk melestarikan kebudayaan mengingat anak muda zaman sekarang cenderung tidak tertarik dengan keahlian dalang. Dengan diadakannya event tersebut, berarti pemerintah telah berpartisipasi dalam menciptakan kembali tradisi berpikir anak muda yang cerdas, kreatif, dan innovativ dalam hal melestarikan warisan budaya.
Begitu juga dengan Kota Solo, Pemerintah Kota Solo juga memberikan kebijakan yang mengharuskan seluruh Pegawai Negeri Sipil untuk memakai pakaian tradisional setiap hari Kamis. Memang pada awalnya aturan ini banyak menimbulkan pro dan kontra karena pegawai merasa bekerja dengan memakai pakaian tradisional tentulah ribet. Namun seiring berjalannya waktu seluruh elemen masyarakat ikut bergerak dengan ikhlas mendukung program pemerintah yang bertujuan positif ini. Nofik Lukman Hakim seorang PNS di kota Solo yang dihubungi lewat social messenger pada Minggu (26/10) berkata bahwa “Menurut saya kebijakan dari pemerintah kota Solo ini dapat memperbaiki citra kota Solo yang katanya mulai kehilangan jati dirinya sebagai kota berbudaya. Namun selain untuk mempertahankan kebudayaan dengan baik, kebijakan ini juga membuat Kota Solo menjadi kota pertama yang berani menerapkan tentang pemakaian baju tradisional dan menjadi kelebihan tersendiri bagi kota Solo untuk mempertahankan eksistensinya sebagai “The Spirit of Java” Hal ini tentunya tak lepas dari upaya pemerintah untuk tetap menjaga warisan budaya asli Indonesia.
Tak hanya pemerintah, pihak swasta seperti PT Djarum Tbk. juga ikut berpartisipasi dalam hal mendukung semangat kreatif masyarakat untuk meningkatkan apresiasi terhadap hasil budaya Indonesia. Sejak tahun1992, melalui program Djarum Apresiasi Budaya PT Djarum telah menjalin kerjasama dengan berbagai pihak seperti Bengkel Teater Rendra, Teater Koma, Putu Wijaya Butet Kertaredjasa dll. Selain itu masih banyak budayawan, seniman, maupun kelompok kesenian yang telah menjalin kerjasama dalam mengaktualisasikan gagasan kreatifnya. Apresiasi yang telah dilakukan antara lain menyelenggarakan Pesona Batik Kudus untuk melestarikan batik Kudus dan membantu meningkatkan industry batik Kudus yang hampir punah.[5]
Sudah seharusnya seluruh elemen masyarakat berpartisipasi mendukung pelestarian hasil budaya Indonesia. Berbagai upaya yang dilakukan oleh berbagai pihak tentunya mempunyai harapan agar nantinya ruang-ruang ekspresi dan apresiasi budaya lebih terbuka, dan komunikasi antar kultur budaya dapat terjalin lebih erat lagi.
Melalui kolaborasi-kolaborasi budaya diharapkan generasi muda bangsa ini juga tak kehilangan arah dalam memahami dan mencintai budaya asli Indonesia sehingga semangat persatuan, kesatuan serta cita-cita kebangsaan bersemi kembali dibenak gerasi penerus bangsa  melalui ragam budayanya.  
Apakah harus menunggu Negara lain mengklaim budaya Indonesia terlebih dahulu baru kita merebutnya kembali? Pertanyaan ini mungkin dapat dijadkan sebuah renungan dalam diri kita masing-masing agar kita tetap terus mencintai dan melestarikan budaya kita. Salam Budaya!


[1]http://news.detik.com/read/2012/10/02/070858/2051179/10/ayo-pakai-batik-di-hari-batik-nasional
[1] http://posbali.com/pementasan-unik-ihdn-denpasar-2/
[2]http://www.umn.ac.id/home/viewarticle/Mahasiswa_UMN_dan_UTS_Kolaborasi_Hasilkan_Ragam_Karya_Batik
[3]http://travel.kompas.com/read/2014/09/24/143500427/Ketika.Bima.Berkolaborasi.dengan.Naga
[4] http://berita.suaramerdeka.com/pemkab-tegal-akan-gelar-festival-dalang-dulongmas-2014/
[5] http://www.djarumfoundation.org/program_details.php?page=budaya


Priska Enggar Kinanthi
Rizky Riana
Tika Septiana
Share this article :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
Support : Mas Template
Copyright © 2011. Warta Satu - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website
Proudly powered by Blogger