Melestarikan warisan budaya dalam volunteerism adalah semangat yang selalu
diusung oleh Masyarakat Advokasi Warisan Budaya (MADYA). MADYA merupakan
jejaring masyarakat yang memfokuskan diri pada usaha pelestarian warisan
budaya. Organisasi ini berdiri sejak tahun 2008 di Kota Yogyakarta. Dalam
beberapa kegiatan yang telah dilakukan, tujuannya hanya satu yaitu meningkatkan
kesadaran pelestarian budaya.
Mereka menyatakan kesadaran mereka dalam bidang
pelestarian budaya seperti yang tertulis dalam blog
advokasiwarisanbudaya.blogspot.com. Tidak hanya budaya berbentuk kesenian,
bidang budaya berbau alam dan lingkungan juga tak luput dari perhatian.
Misalnya, cagar alam dan biodiversitas, serta sistem pertanian pun juga
diapresiasi.
Dalam rangka Hari Purbakala Nasional, MADYA turut
memeriahkan dengan sejumlah kegiatan. Diantaranya adalah merancang acara Happening Art yang berisi diskusi mengenai “Carut Marut
Pengelolaan Warisan Budaya” dan “Jual Beli Benda Cagar Budaya (BCB) di Kawasan
Kotagede”. Kegiatan unik lain yang turut disuguhkan adalah pengenalan mengenai Underwater Archaeology atau arkeologi bawah laut; yaitu tentang
pengelolaan Benda Berharga Muatan Kapal Tenggelam (BMKT). Acara-acara tersebut
dipaparkan melalui blognya yang lain, yaitu madyaindonesia.wordpress.com.
Salah satu pekerjaan rumah yang kini dihadapi oleh
MADYA adalah berpindahnya patung perunggu Mama Wulu asli Larantuka ke National Gallery of Australia (NGA).
Seperti dilansir oleh Kompas.com (25/9) patung tersebut telah hilang secara
misterius pada tahun 1977, hingga akhirnya diketahui berada di tangan seorang
kolektor benda antik asal Swiss yang kemudian dibeli dengan harga empat kali
lebih mahal dari harga pembelian awal oleh NGA.
Jhohannes Marbun selaku Koordinator MADYA mengaku
mengetahui dari berita The Australian dengan judul $4m Mistery: How Did NGA End Up with Treasured Indonesian Relic? pada
tanggal 18 September 2014 seperti yang dikatakannya dalam RMOLSumsel.com
(26/9/2014).
Saat melakukan ekspedisi ke Larantuka untuk
penelurusan kasus pada Bulan September 2014 lalu, ia mengatakan bahwa “Raja Larantuka dan
penghubungnya masih belum mau memberikan penjelasan”, kata Jhohannes saat
dihubungi melalui akun facebook-nya (30/10). Raja Larantuka dan penghubungnya
masih bungkam terkait hilangnya Mama Wulu.
Menurut Jhohannes, “Apabila asal-usulnya tidak
terlalu jelas, seharusnya NGA memberitahu koleganya di Galeri atau Museum
Nasional Indonesia untuk dimintai informasi”, seperti yang dilansir dari
JPNN.com (26/9).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar