Barometer Warta Indonesia

Home » , » Masyarakat Advokasi Warisan Budaya: “Raja Masih Bungkam”

Masyarakat Advokasi Warisan Budaya: “Raja Masih Bungkam”

Written By Unknown on Senin, 08 Desember 2014 | 07.38


Melestarikan warisan budaya dalam volunteerism adalah semangat yang selalu diusung oleh Masyarakat Advokasi Warisan Budaya (MADYA). MADYA merupakan jejaring masyarakat yang memfokuskan diri pada usaha pelestarian warisan budaya. Organisasi ini berdiri sejak tahun 2008 di Kota Yogyakarta. Dalam beberapa kegiatan yang telah dilakukan, tujuannya hanya satu yaitu meningkatkan kesadaran pelestarian budaya.
Mereka menyatakan kesadaran mereka dalam bidang pelestarian budaya seperti yang tertulis dalam blog advokasiwarisanbudaya.blogspot.com. Tidak hanya budaya berbentuk kesenian, bidang budaya berbau alam dan lingkungan juga tak luput dari perhatian. Misalnya, cagar alam dan biodiversitas, serta sistem pertanian pun juga diapresiasi.
Dalam rangka Hari Purbakala Nasional, MADYA turut memeriahkan dengan sejumlah kegiatan. Diantaranya adalah merancang acara Happening Art  yang berisi diskusi mengenai “Carut Marut Pengelolaan Warisan Budaya” dan “Jual Beli Benda Cagar Budaya (BCB) di Kawasan Kotagede”. Kegiatan unik lain yang turut disuguhkan adalah pengenalan mengenai Underwater Archaeology  atau arkeologi bawah laut; yaitu tentang pengelolaan Benda Berharga Muatan Kapal Tenggelam (BMKT). Acara-acara tersebut dipaparkan melalui blognya yang lain, yaitu madyaindonesia.wordpress.com.
Salah satu pekerjaan rumah yang kini dihadapi oleh MADYA adalah berpindahnya patung perunggu Mama Wulu asli Larantuka ke National Gallery of Australia (NGA). Seperti dilansir oleh Kompas.com (25/9) patung tersebut telah hilang secara misterius pada tahun 1977, hingga akhirnya diketahui berada di tangan seorang kolektor benda antik asal Swiss yang kemudian dibeli dengan harga empat kali lebih mahal dari harga pembelian awal oleh NGA.
Jhohannes Marbun selaku Koordinator MADYA mengaku mengetahui dari berita The Australian dengan judul $4m Mistery: How Did NGA End Up with Treasured Indonesian Relic? pada tanggal 18 September 2014 seperti yang dikatakannya dalam RMOLSumsel.com (26/9/2014).
Saat melakukan ekspedisi ke Larantuka untuk penelurusan kasus pada Bulan September 2014 lalu,  ia mengatakan bahwa “Raja Larantuka dan penghubungnya masih belum mau memberikan penjelasan”, kata Jhohannes saat dihubungi melalui akun facebook-nya (30/10). Raja Larantuka dan penghubungnya masih bungkam terkait hilangnya Mama Wulu.

Menurut Jhohannes, “Apabila asal-usulnya tidak terlalu jelas, seharusnya NGA memberitahu koleganya di Galeri atau Museum Nasional Indonesia untuk dimintai informasi”, seperti yang dilansir dari JPNN.com (26/9).
Share this article :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
Support : Mas Template
Copyright © 2011. Warta Satu - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website
Proudly powered by Blogger