Larantuka adalah Ibu Kota Kabupaten Flores Timur
yang berada di belahan terjauh bagian timur Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur.
Dikutip dari website resmi Wonderful Indonesia Larantuka sejatinya memiliki
peran penting dalam penamaan pulau yang menggenggamnya, yaitu Flores. Nama Pulau
Flores diperkirakan berawal dari tempat ini. Dahulu Larantuka disebut sebagai
Tanjung Bunga (Cape of Flower). Dalam
bahasa Portugis, Tanjung Bunga diucapkan sebagai Cabo da Flora atau Cabo da
Flores. Dari nama itu, pulau tersebut secara keseluruhan hingga kini
disebut Flores.
Tanah Flores
menyimpan banyak warisan asli Indonesia, salah satunya adalah tenun khas
Flores. Dilansir dari berita perwakilan Kedutaan Besar Republik Indonesia
(KBRI) tenun flores tlelah menjadi ciri khas budaya Indonesia, hingga menarik
minat KBRI Brasilia untuk mengundang Alfonsa Horeng guna mempromosikan tenun ikat
Flores di hadapan khalayak masyarakat setempat
dan korps diplomatik di Brasilia (Berita Perwakilan Kedutaan Besar Republik
Indonesia melalui http://www.kemlu.go.id.
Kerajinan tenun
tersebut tercermin pada salah satu patung Tanah Larantuka yang melegenda yaitu
patung Mama Wulu. Ulasan dari sumber
Detik.com menegaskan bahwa berdasarkan publikasi
dari Ruth Barnes dari Asmolean Museum, Oxford, London yang diterbitkan di
Oxford Asian Textile Group Newsletter No 37 Juni 2007, diperkirakan patung
perunggu ini dibuat antara tahun 556-596 AD. Patung mungil ini dinilai sangat
unik karena menggambarkan sejarah perkembangan teknik menenun. Tergambar secara
rinci baris dan lajur benang tenun dan juga motif tenun khas Flores pada alat
tenun yang ada dipangkuannya. Disamping itu, kombinasi tahun pembuatan dan juga
bahan pembuatan patung ini membuat Sang Penenun semakin unik dan berharga
sehingga pada tahun 2006 dinobatkan sebagai “Master Piece of the 6th Century of
Indonesia Sculpture” oleh National Gallery of
Australia.
Mama Wulu atau
Sang penenun adalah patung perunggu yang menunjukan fakta bahwa teknik tenun
sudah menjadi budaya leluhur tanah Flores. Dilansir dari Detik.com. Alat tenun sederhana yang digunakan
Sang Penenun masih dapat kita jumpai di daerah terpencil di kawasan Asia
Tenggara. Berdasarkan analisa pakar dari National Gallery of Australia
tampaknya pembuat patung ini sangat mengetahui teknik menenun, sehingga alat
tenun yang ada dipangkuan Sang Penenun dibuat demikian akuratnya. Fakta ini
menunjukkan bahwa teknik menenun yang ada di Flores sudah ada sejak jaman
perunggu. Berdasarkan detail postur tubuh patung tersebut, diduga pembuat
patung ini adalah seorang laki-laki.
Namun, menurut berita yang dilansir dari
Kompas.com (25/9). Australia patung ini telah hilang seraca
misterius pada tahun 1977. Hingga tidak diketahui perjalanannya, patung
tersebut dapat sampai ketangan seorang kolektor benda antik asal Swiss. Hingga kini, Sang Penenun dari Tanah Flores
tersebut masih berada di National Gallery of
Australia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar