Didik Nini Thowok ( |
Indonesia
yang kaya akan budaya, menjadi salah satu objek menarik yang bisa dikembangkan
dalam kebudayaan tersebut. Salah satunya adalah seni tari, bisa
dikembangkan menjadi berbagai macam bentuk model. Pola lantai dan pola gerakan
yang berbeda-beda di setiap tarian bisa menjadi suatu kombinasi yang indah bila
dipadupadankan dengan tarian yang lain secara harmonis dan serasi.
Tentunya
dalam memadupadankan suatu tarian dengan tarian lain, membutuhkan skill dan
pengalaman khusus yang tidak bisa digarap dengan sembarangan. Khususnya tari
tradisional Indonesia, bila dipadupadankan dengan tarian lain dari negara lain,
membutuhkan proses panjang dan teknik penggarapan yang sesuai. Salah seorang
penggiat dan penggarap tari kolaborasi, Agung Irawan mengungkapkan, “Setiap
budaya bangsa memiliki karakteristik dan identitas sendiri, yang terkadang
perbedaannya sangat mencolok. Maka ketika ingin membuat kolaborasi tarian,
harus sangat hati-hati dalam komposisi, proporsi, dan kombinasi di dalamnya”,
katanya.
Tari
kolaborasi yang memang cenderung lebih susah digarap, namun nampaknya memiliki
nilai antusiasme yang tinggi di hati pecinta budaya. Banyak penari-penari muda
yang bermunculan, dan mereka sangat enjoy dalam membawakan dan
mengembangkan tarian kolaborasi. Di tengah-tengah mulai lesunya budaya bangsa,
dan pengalaman berharga akan pentingnya pelestarian budaya bangsa,
pemuda-pemudi bangsa Indonesia mulai berpikir inovatif untuk mengembangkan dan
melestarikan budaya bangsa agar tetap dicintai oleh bangsanya, salah satunya
dengan cara mengkombinasikan dengan tarian tradisi bangsa dengan tarian bangsa
lain, yang tentunya tidak meninggalkan pakem-pakem yang sudah ada. Agung Irawan
sebagai penggiat tari tradisi dan kolaborasi yang masih menyandang status
sebagai mahasiswa aktif Sosiologi FISIP UNS kembali berkomentar, “Saya rasa
pemuda Indonesia sekarang memang sedang gencar melestarikan budaya, ya salah
satu caranya ya dengan melalui penggarapan tari kolaborasi ini”,
katanya.
Satu
hal yang menjadi daya tarik lagi untuk tari jenis kolaborasi ini adalah, semua
jenis tari pada dasarnya bisa dikolaborasikan. Hanya saja, butuh kehati-hatian
karena tidak semua gerakan dalam tarian akan menjadi sesuatu yang indah jika
dikombinasikan. “ya contohnya saja kalau tarian tradisi Jawa yang
cenderung lemah lembut dikombinasikan dengan tarian Arab. Itu sudah jelas
sangat berbeda. Tapi itu tetap bisa dikolaborasikan menjadi satu rangkaian
tarian jika konsep yang dibangun sudah jelas di awal”, katanya.
Memang
diperlukan konsep yang jelas dalam mementuk tari kolaborasi. Salah satu tari
kolaborasi yang dinilai memiliki konsep yang jelas menurut Agung Irawan adalah
tari kolaborasi yang pernah ditampilkan dalam acara Colaboration of Art ke
34 yang diselenggarakan di UNS dimana konsep yang diusung adalah konsep
pewayangan yang mengangkat tokoh Prabu Del Beduwel, di sana tarian kolaborasi
disajikan melalui kisah Prabu Del Beduwel yang telah berhasil menjadi raja, dan
dengan keinginannya untuk menguasai negara lain, maka ia membuat taktik dengan
cara mengundang tamu-tamu dari Turki, India, Jepang, Vietnam dengan modus
pertukaran budaya, dan memamerkan tarian mereka masing-masing. “ya contohnya
itu tadi, tari kolaborasi yang dibawakan melalui kisah Prabu Del Beduwel dalam Colaboration
of Art ke 34, kan konsepnya jelas, berawal dari kisah yang memang tamu
yang diundang oleh sang Prabu, karena konsep yang jelas sangat dibutuhkan.
Apalagi dalam penampilan itu yang diusung adalah tari-tarian yang sangat berbeda-beda
karakteristiknya”, tambahnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar