Barometer Warta Indonesia

Home » , » Kolaborasi Budaya, Perjalanan Cinta Lama yang Bersemi Kembali

Kolaborasi Budaya, Perjalanan Cinta Lama yang Bersemi Kembali

Written By Hidup dengan NILAI lebih on Minggu, 14 Desember 2014 | 16.42

Repertoir gerak teatrikal kolaborasi seniman Jepang dan Jogja 

Apa yang ada dalam benak kita saat kita mendengar kata “budaya”? Baju adat? Tarian-tarian seperti tari Saman, Reog,? upacara adat, lagu-lagu daerah, atau sesuatu yang terkesan kuno dan antik?  Atau benar-benar tidak memiliki bayangan dan kemudian mengetikkan keyword “budaya” pada kotak  search engine  seperti Google, Yahoo, atau semacamnya sambil mengingat-ingat kembali materi saat duduk di bangku sekolah untuk merangsang otak kita dalam menemukan  jawabannya.
Pengertian mengenai budaya yang diajarkan ketika di bangku sekolah yang paling umum adalah menurut Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi, kebudayaan adalah sarana hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat.[1]. Akhirnya sarana tersebut direalisasikan oleh masyarakat itu sendiri dalam berbagai bentuk yang telah kita ketahui hingga saat ini seperti bahasa, tempat tinggal, pakaian, berbagai macam kesenian, upacara-upacara adat . Ringkasnya seperti pendapat seorang ahli sosiologi bernama J.J. Hoenigman yang membedakan wujud kebudayaan menjadi 3 bagian yaitu gagasan (ide), tindakan, dan artefak (karya dalam bentuk fisik)[2]
Masih belum hilang diingatan kita ketika mulai sekitar sekitar tahun 2007[3] kekayaan budaya Indonesia mulai di klaim oleh Negara tetangga mulai dari kesenian Reog Ponorogo, Lagu daerah Ambon Rasa Sayange, tari pendet, batik, alat music Tor-tor Sumatera utara hingga naskah-naskah kuno beberapa daerah diIndonesia. Dilansir melalui situs http://budaya-indonesia.org setidaknya terdapat 32 daftar artefak budaya Indonesia yang di klaim bangsa lain
Mengapa klaim budaya asli milik Indonesia bisa terjadi? Salah siapa sebenarnya? Pemerintahkah? Negara pengklaim kah? Atau masyarakat sebagai pemilik budaya? Tampaknya focus perdebatan mengenai hal tersebut dapat sedikit dialihkan kepada hal lain yang lebih memiliki nilai positif  seperti mencerna penyebab-penyebab hal tersebut dapat terjadi.




[1] http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23921/4/Chapter%20I.pdf
[2] http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/19646/3/Chapter%20II.pdf
[3] http://www.tempo.co/read/news/2012/06/20/173411849/Tujuh-Klaim-Budaya-oleh-Malaysia-Sejak-2007


Priska Enggar Kinanthi
Rizky Riana
Tika Septiana
Share this article :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
Support : Mas Template
Copyright © 2011. Warta Satu - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website
Proudly powered by Blogger